Potret
karakter menyentuh sesuatu yang dalam di hati manusia. Dalam film dokumenter Perang Saudara yang
memenangkan karya penghargaaan karya Ken Burns, salah satu moment yang paling
banyak diperbincangkan dan mengharukan adalah saat pembacaan surat yang ditulis
oleh seorang perjurit, Mayor Sullivan Ballou, kepada istrinya Sarah, seminggu
sebelum kematiannya di pertempuran Bull Run:
Sarahku
tersayang,
Tanda-tandanya
sangat jelas bahwa kami harus pindah dalam beberapa hari ini. Mungkin besok.
Jangan-jangan aku tak bisa menulis surat lagi, aku merasa terdorong untuk
menulis beberpa baris yang mungkin sampai ditanganmu saat aku sudah tiada.
Aku
tak sedikitpun ragu tentang penyebab kenpa aku terlibat, dan keberanianku tidak
surut atau bimbang. Aku tahu betapa kuatnya peradaban, amerika kini bersandar pada kemenagan
pemerintah, dan betapa besar utang kita kepada pendahulu kita yang melalui
darah dan revolusi dan aku ingin bahkan sangat ingin mengorbankan segala
kesenaganku di dalam kehidupan ini untuk membantu mempertahankan pemerintahan
ini, dan membayar hutang itu.
Sarah,
cintaku padamu tak pernah mati, namun cintaku kepada negeri ini menerpaku
laksana angin kencang dan mendorong aku tanpa dapat kutahan kemedan pertempuran
.
Kenangan-kenangan
akan saat-saat bahagia yang telah kulalui bersamamu perlahan-lahan muncul di
benakku, dan aku merasa bersukur kepada Tuhan dan kepadamu bahwa aku telah menikmatinya
begitu lama, aku tahu, aku sedikit mempunyai pengetahuan akan takdir Tuhan,
tetapi sesuatu membisikkan kepadaku, barang kali itu doa Edgar kecilku yang
terbawa sampai kesini, bahwa aku harus pulang kepada orang-orang yang kucintai
tanpa terluka. Jika aku tak kembali. Sarah kekasihku, jangan pernah lupa sarah
kekasihku betapa aku mencintaimu, dan saat napas terakhir meninggalkanku di
medan pertempuran,napas itu akan membisikkan namamu.
Menurut sejarahnya dia adalah pria sederhana, pemberani
yang mencintai Negara dan keluarganya dan terpacu oleh cita-cita yang tinggi
dan melakukan kewajbannya tanpa mengeluh .
Kita kadang terharu oleh kisah karakter karena hal itu
menunjukkan manusia dalam keaaan terbaiknya. Kisah itu mengungkapkan kemampuan
kita untuk melakukan suatu kebaikan. Kisah itu menantang kita untuk melebihi
apa yang mungkin kita bayangkan. Dan kisah itu memperbaharui keyakinan kita
pada potensi anak untuk tumbuh menjadi pribadi berkarakter.
Ketika kita memimpikan negeri yang maju, kita mempunyai
peraaan yang lebih tajam tetang betapa pentingnya karakter. Kita membutuhkan
kaakter untuk menjalani hidup yng bermakna, produktif dan memuaskan. Kita
membutuhkan karakter untuk mempunyai keluarg-kelurga yang kuat dan stabil. Kita
membutuhkan karakter untuk sekolah-sekolah yan aman, peduli dan efektif. Kita
membutuhkan karakter untuk masyarakat yang sopan dan adil.
Akan tetapi kita malu pada kenyataanya karena terurainya
tenunan moral masyarakat kita. Dalam jajak pendapat yang dialakukan sebuah
media baru-baru ini, hampir tiga dari empat
orang dewasa mengatakan bahwa pada umumnya
orang menjalani kehidupan yang kurang jujur dan kurang bermoral
dibanding dengan dimasa silam. Seorang guru mengatakan anak-anak masa kini lebih
sinis dari pada duu karena kurangnya
kejujuran yang merka lihat di dunia orang dewasa.
Kita malu akan segala
kemunduran moral masyarakat yang tercermin tak terelakkan, di dalam sikap dan
perilaku anak-anak kita. Kita malu akan perilaku seksual orang muda yang
terlalu dini. Kita malu dengan bahasa buruk yang keluar dari mulut bahkan
anak-anak sekolah dasar. Kita malu akan rusaknya keluarga dan bertambahnya
orang tua yang tamapknya membiarkan anak-anaknya berbiuat sesuka hati. Kita malu degan kebudayaan media
yang ada di mana-mana yang semakin hari semakin bengis dan tidak mendidik.
Lalu bagaimana kita memperbaharui kebiasaan moral kita?
Ana-anak mungkin 25 persen dari populasi kita sekarang
ini, tetapi 100 persen untuk populasi masa depan. Jika kita ingin memperbaharui
masyarakat kita, kita harus mengasuh
generas anak-anak kita yang mempunyai karakter moral yang kuat, dan jika
kita ingin melakukannya, kita mempunyai dua tanggung jawab:
Pertama.
Meneladankan
karakter yang baik di dam kehidupan
kita sendiri
Kedua.
Secara
sengaja membantu perkembangan karakter
pada orang muda
Pendidikan karakter harusnya di
sambut baik oleh parah orang tua yang membutuhkan dukungan dalam mendidik anak-anaknya
dilingkungan yang keras. Pendidikan
karakter harus di sambut oleh guru yang setiap hari pergi mengajar dengan
harapan menghasilkan pengaru baik bagi
semau anak didiknya. Dan pendidikan karakter
harus disambut oleh kita semua yang sedih dengan kemunduran nilai-nilai
moral sebagai dasar sopan santun kita.
Pendidikan karakter yang efektif disekolah-sekolah adalah sebuah tonggak yang di pancangkan oleh kita
semua, bukan hanya oleh parah pendidik dan orang tua, tetapi semua orang yang
peduli tetang masyarakat yang terhormat.
Dasar pemikiran gerakan pendidikan karakter ialah bahwa
perilaku-perilaku yang menyimpang yang setiap hari membombardir kita. Seperti
kekerasan, ketamakan, korupsi, ketidak sopanan, penyalahgunaan obat-obat
terlarang, prostitusi dan etika kerja yang buruk mempunyai inti yang sama,
ketidak adanya karakter yang baik. Tidak seperti pembaharuan yang berlangsung
sedikit demi sedikit, pendidikan untuk karakter masuk kedaam akar masalah ini.
Oleh karena itu pendidikan karakter memberikan harapan perbaikan yang terbaik
di semua bidang ini.
Pendidikan karakter tentu saja bukan hanya tanggung jawab
sekolah, melainkan tugas dan tanggung jawab bersama semua orang yang
bersentuhan dengan nilai-nilai dan kehidupan orang muda, dimulai dengan
kehidupan keluarga dan meluas ke komunitas-kominatas, organisasi pemuda,
bisnis, pemerintahan dan bahkan media. Harapan untuk masa depan adalah agar
kita dapat mengambil kehiupan bersama untuk meningkatkan karakter anak kita,
karakter kita sebagai orang dewasa dan akhirnya kebudayaan kita.
Inti pendidikn karakter tergantung pada bagaimana kerja
sama antara orang tua dan sekolah. Keluarga adalah sekolah kebaikan yang
pertama karna di sanalah kita belajar tetang kasih, disanalah kita belajar
tentang komitmen, pengorbanan dan kepercayaan terhadap orang yang bermitra dengan
kita. Keluarga meletakkan fondasi moral yang melandasi semua elemen lembaga sosial.
Sepanjang sejarah di seluru dunia, pendidikan mempunyai
dua tujuan besar. yatu, membantu para murid menjadi cerdas dan membantu merkka
menjadi baik. Untuk kedua hal itu mereka membutuhkan karakter. Mereka membutuhkan
kekuatan-kekuatan karakter seperti etika kerja yang kuat, disiplin diri, dan
ketekunan agar bisa sukses di sekolah dan di dalam kehidupan. Mereka
membutuhkan kualitas karakter seperti sikap hormat dan tanggung jawab agar
mereka mempunyai hubungan antarpribadi yang poositf dan hidup di dalam
komunitas. Dalam sistim pemerintahan yang kita anut di republik ini yang
menyatakan bahwa pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat oleh karena itu negara
kita tidak akan maju dan berkembang tanpa warga negara yang baik yang
menentukan pemimpin yang mengerti dan menghormati pilar-pilar penyangga moral
demokrasi, pengormatan hak-hak terhadap individu, kepatuhan suka rela kepada
hukum, partisipasi dalam kepentingan publik, dan kepedulian kepada kebaikan
bersama. Untuk itu pendidikan karakter adalah sesuatu yang penting di
pendidikan formal dan informal.
Sebagian besar dari kita mungkin setuju bahwa masyarakat
kita masa kini masi menghadapai masalah-masalah moralitasa sosial serius dan
bahkan masalah ini mempunyai akar yang mendalam dan membutuhankan penyelesaian
yang sistematik. Banyak diantara kita juga mengakui hubungan antara sesama dengan
karakter pribadi tidak mungkin berbudi luhur jika kita tidak mengembangkan kebaikan
dari dalam hati, pikiran dan jiwa individu manusia. Keluarga dan sekaolah harus
dapat melakukan tugas masing-masing dalam menciptakan suatu kebudayaan karakter
dengan membesarkan anak mereka menjdi individu berkarakter. Sungguh, kemakmuran
bangsa kita pada abad berikutnya tergantung pada seberapa serius kita membagun
generasi yang berkualitas melalui pendidikan karakter.